Cari Blog Ini

Kamis, 15 Juli 2021

PRODUK BUDAYA HASIL INDONESIA & FILOSOFINYA

BERBAGAI PRODUK BUDAYA HASIL INDONESIA & FILOSOFINYA





TARI KECAK

Bali merupakan tempat wisata yang sudah tersohor di luar negeri. Budayanya yang sudah terkenal yakni Tari Kecak. Tari Kecak adalah sebuah tarian yang dibawakan sebagai sendratari yang dipertunjukan massal dan terdapat unsur drama di dalamnya. 

Tari ini tergolong sendratari karena dari keseluruhan pertunjukan akan menggambarkan seni peran dari cerita pewayangan seperti tokoh Rama dan Sinta. Selain itu juga mempertontonkan kekebalan fisik para penarinya yang tidak terbakar api. Tari ini juga khusus digunakan untuk ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali. Tari Kecak menggunakan teriakan 'cak cak ke cak cak ke' sebagai musik pengiring. Oleh karena itulah tari ini disebut Tari Kecak. Di tahun 1930-an, seniman Bali bernama Wayan Limbak dan pelukis asal Jerman bernama Walter Spies menciptakan tarian kecak. Tarian ini terinspirasi dari ritual tradisional yang dilakukan masyarakat Bali yang kemudian diadaptasi dalam cerita Ramayana dalam kepercayaan Hindu untuk dipertontonkan sebagai pertunjukkan seni saat turis datang ke Bali. Tari kecak biasanya dilakukan oleh puluhan laki-laki bertelanjang dada dan mengenakan kain kotak-kota di pinggang hingga atas dengkul. Tari kecak pertama kali dipentaskan di beberapa desa saja salah satunya adalah Desa Bona, Gianyar. Namun berkembang ke seluruh daerah di Bali dan selalu dihadirkan saat kegiatan-kegiatan seperti festival yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.







TARI LEGONG


Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya luwes atau elastis dan kemudian diartikan sebagai gerakan lemah gemulai (tari). Dan  "gong" yang artinya gamelan.

 Legong adalah salah satu tarian klasik daerah Bali. Tari Legong bali termasuk kedalam tarian yang memiliki pembendaharaan gerak sangat kompleks. "Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.








TARI SAMAN

Tari Saman telah berhasil menjadi ikon kebanggaan
Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Tarian tersebut telah mendunia, karena didukung pula oleh keputusan UNESCO yang menyatakan Tari Saman sebagai warisan budaya.

 Tarian yang  berasal dari Suku Gayo Aceh Tenggara ini sering ditampilkan pada festival dan pertunjukan kesenian di penjuru dunia. Tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa penting dalam adat. Syair yang digunakan dalam Tari Saman menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Gayo. Beberapa literatur menyebutkan bahwa Tari Saman diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo. Tari Saman termasuk salah satu tarian yang unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan anggota tubuh bagian atas. Tari ini diakui dan masuk ke dalam daftar warisan budaya oleh UNESCO sebagai warisan budaya bukan benda.








TARI PENDET

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang
 banyak dipertunjukkan di pura. Tari Pendet melambangkan
 penyambutan atas turunnya dewata ke dunia. 

Perkembangan tari ini sangat pesat, sehingga para seniman Bali menggubah Tari Pendet yang semula menjadi tari
 penyambutan terhadap para dewa, menjadi tari ‘ucapan selamat datang’ dan tetap mempertahankan nilai religius
yang dikandungnya. 

Pencipta Tari Pendet versi modern adalah I Wayan Rindi. Tidak seperti tari lain yang memerlukan pelatihan intensif, setiap orang dapat menarikan Tari Pendet, baik  pemangku pria ataupun wanita yang sudah dewasa maupun yang masih gadis.









TARI KIPAS

Tari Kipas merupakan seni tari yang berasal dari wilayah Gowa,  Propinsi Sulawesi Selatan. Dalam bahasa daerah di Gowa kata “Pakarena” berasal dari kata “Karena” yang memiliki arti “Main”. Tarian Kipas sendiri sudah menjadi kebiasaan masyarakat Gowa dan menjadi bagian budaya masyarakat Gowa yang dulunya adalah bekas Kerajaan. Menurut sejarah yang berkembang di kalangan masyarakat Gowa serta cerita secara turun temurun, tari Kipas berawal dari kisah penghuni negeri khayangan yang berpisah dengan penghuni Bumi pada dahulu kala. Sebelum mereka berpisah, para penghuni kahyangan mengajarkan ilmu pengetahuan bermanfaat tentang cara bertani, beternak serta berburu agar penduduk bumi hidup sejahtera. Cara ini diajarkan melalui gerakan-gerakan tari melalui badan dan kaki yang diperagakan oleh penghuni Kahyangan. Gerakan-gerakan tersebut kemudian dihapalkan oleh penghuni Bumi sebagai ritual untuk mengucap terimakasih kepada penghuni Kahyangan karena telah mengajarkan cara bertani, beternak dan berburu.

Gerak tari yang lemah gemulai banyak dituangkan dalam gerakan tari Kipas yang melambangkan sifat para wanita Gowa yang ramah, sopan, patuh, lembut dan hormat kepada laki-laki khususnya suami mereka. Tari Kipas sebetulnya dibagi menjadi 12 jenis meskipun sekilas sulit dibedakan oleh orang biasa karena pola gerak tari dimana satu bagian mirip dengan bagian tari lainnya.






TARI JAIPONG

Tari Jaipong adalah salah satu kesenian tradisional Jawa Barat yang sangat populer di Indonesia. Tari Jaipong ini merupakan penggabungan beberapa seni tradisional seperti pencak silat, wayang golek, ketuk tilu dan lain – lain. Tarian ini sering di tampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu besar dan festival budaya.
Menurut sejarahnya, Tari Jaipong ini merupakan tarian yang di ciptakan oleh seniman bernama H. Suanda dari Karawang. Tarian ini mulai di populerkan pada tahun 1976 melalui media kaset dengan nama “Suanda Grup”. Pada saat itu masih menggunakan instrument sederhana sebagai pengiringnya seperti gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden. Melalui media kaset rekaman tersebut ternyata mendapat respon yang baik dari masyarakat Karawang sehingga tarian ini menjadi sarana hiburan bagi masyarakat disana.
Tarian Jaipong ini mulai di kenalkan ke masyarakat bandung  oleh seniman bernama Gugum Gumbira, dengan tujuan mengembangkan tarian asal karawang ini di kota bandung. Dengan terinspirasi dari berbagai kesenian sebelumnya seperti ketuk tilu, kliningan dan juga tari ronggeng, Gugum Gumbira mengemas tarian tersebut menjadi pengembangan dari Tari Jaipong.
Pada pertunjukannya, tarian ini  biasa di mainkan oleh para penari secara perorangan, berpasangan atau berkelompok. Gerakan dalam tarian ini merupakan tarian atraktif dengan gerakan yang dinamis. Dengan gerakan dominan antara tangan, bahu, pinggul yang di gerakan secara lincah dan dinamis. Pada saat menari secara berpasangan atau berkelompok, penari menari menari dengan gerakan yang padu antara penari satu dengan penari lainnya. Selain itu barisan atau formasi yang di lakukan secara berpindah – pindah akan menambah keindahan pada tarian tersebut. Dalam pertunjukan tari juga di iringi dengan music tradisional degung dengan alat music seperti kendang, gong, saron, kecapi dan lain – lain.
Busana yang di gunakan dalam tarian jaipong ini biasanya menggunakan kebaya berwarna cerah dan bawahan berupa kain jarit bermotif batik. Busana yang di gunakan pada tarian ini biasanya menggunakan ukuran longgar, terutama pada bagian bawah karena di sesuaikan dengan gerakannya yang lincah dan dinamis. Pada bagian kepala biasanya menggunakan sanggul yang di hias dengan hiasan seperti mahkota dan juga bunga untuk menambah kecantikan para penarinya. Selain itu penari juga di lengkapi dengan selendang yang di gunakan untuk menari sehingga terlihat sangat anggun.

Tari Jaipong ini menjadi salah satu simbol kesenian Jawa Barat. Tarian ini sering di tampilkan pada acara hiburan, penyambutan tamu besar dan festival budaya. Seiring dengan perkembangannya, tarian ini telah di modifikasi dengan berbagai kreasi gerakan dan juga kostum atau attribute yang di gunakan dalam menarinya. Perubahan dilakukan agar tarian tersebut terlihat menarik, namun tidak meninggalkan pakem atau keasliannya.







REOG PONOROGO

Reog adalah sebuah pertunjukan yang berasal dari Jawa Timur bagian barat laut, dan Kota Ponorogo dianggap sebagai kota asal reog yang sebenarnya. Gerbang Kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil ketika pertunjukan reog dibawakan. Reog adalah salah satu kebudayaan di Indonesia yang masih kental dengan hal-hal berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Reog modern biasanya ditampilkan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar nasional. Jika berhubungan dengan pernikahan, adegan yang ditampilkan adalah adegan  percintaan, sementara untuk khitanan, kisah yang diambil  berasal dari cerita pendekar. 

Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Dalam pementasan reog, selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan), terkadang ada interaksi dengan penonton.Seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.

Adegan yang paling dinanti oleh penonton adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng  berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini  bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Untuk dapat membawa topeng ini dengan kuat, selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.






RUMAH JOGLO

Rumah joglo merupakan bangunan arsitektur tradisional  jawa tengah, rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama  penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru.

Susunan ruangan pada Joglo umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruangan
 pertemuan yang disebut pendhapa, ruang tengah atau ruang pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau ruang keluarga. Seiring perkembangan waktu banyak rumah joglo di redesign untuk keperluan tempat tinggal yang lebih modern namun tidak meninggalkan filosofinya tradisi rumah joglo tersebut.








BATIK

Setiap orang Indonesia pasti mengenal batik, baik yang
tradisional maupun yang telah diciptakan kembali dengan corak modern. Batik dihasilkan dengan cara menuliskan lilin panas ke atas kain dengan menggunakan canting. Batik biasanya digambar di atas kain katun atau kain sutera. Kain batik telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga hari ini dengan berbagai macam motif dan kreasi.

Batik adalah proses desain tradisional yang memanfaatkan teknik pewarna resist. Batik Indonesia sangat terkenal dengan para pengrajin di sini diyakini memiliki keterampilan yang hebat dan banyak pengetahuan mengenai pola Batik. Karena makna budaya dari teknik desain ini, UNESCO telah menetapkan Batik Indonesia sebagai Mahakarya Warisan Lisan dan Tak Benda Kemanusiaan.


Menurut Prof. Yohanes Surya, Ph.D., ahli fisika asal Indonesia, corak yang terdapat dalam
kain batik adalah lukisan tentang alam dan dinamikanya. Berbeda dengan para pelukis dengan media kanvas yang melukis suasana alam seperti yang dilihatnya, para pelukis batik melukis keadaan alam dari sudut pandang yang lebih dalam. Para pelukis batik mencari pola dasar dari suatu fenomena yang dilihatnya, kemudian menambahkannya dengan beberapa aturan sederhana. Atas dasar itulah, perlu suatu kejeniusan untuk melihat pola dasar yang ada di alam dan mencari aturan tersebut.






WAYANG

Wayang merupakan budaya Indonesia yang sudah tersohor. Bahkan Wayang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia pada tahun 2003 dan telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Bahkan orang asing belajar wayang. Wayang adalah seni pertunjukan yang dimainkan oleh seorang dalang dengan diiringi musik gamelan serta suara seorang pesinden. Kisah yang diceritakan dalam lakon pewayangan tentang Petruk, Semar, Bagong, dan Gareng. 

Asal Usul Wayang Ditinjau dari sejarah yang ada, asal usul wayang dianggap telah hadir semenjak 1500 tahun sebelum Masehi. Wayang lahir dari para cendikia nenek moyang suku Jawa di masa silam. Pada masa itu, wayang diperkirakan hanya terbuat dari rerumputan yang diikat sehingga bentuknya masih sangat sederhana. Wayang dimainkan dalam ritual pemujaan roh nenek moyang dan dalam upacara-upacara adat Jawa. Pada periode selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain seperti kulit binatang buruan atau kulit kayu mulai dikenal dalam pembuatan wayang. Adapun wayang kulit tertua yang pernah ditemukan diperkirakan berasal dari abad ke 2 Masehi. 

Perkembangan wayang terus terjadi. Cerita-cerita yang dimainkan pun kian berkembang. Adapun masuknya agama Hindu di Indonesia pun telah menambah khasanah kisah-kisah yang dimainkan dalam pertunjukan wayang. Kisah Mahabrata dan Ramayana merupakan 2 contoh kisah yang menjadi favorit pada zaman Hindu Budha di masa itu. Kedua epik ini dinilai lebih menarik dan memiliki kesinambungan cerita yang unik sehingga pada abad ke X hingga XV Masehi, kedua kisah inilah justru yang menjadi cerita utama dalam setiap pertunjukan wayang.






KERIS

Keris merupakan senjata tradisional asli Indonesia yang diyakini mengandung kekuatan supranatural. Raja-raja di Nusantara pada zaman dahulu menjadikan keris sebagai senjata pusaka.

Keris telah digunakan sejak abad ke-9 dan dibuat oleh para pengrajin yang disebut mpu. Bilah pisau pada keris dibuat dari campuran beberapa logam, sementara gagangnya dibuat dari tulang, tanduk, atau kayu.


Pada zaman dahulu, logam pembuat keris diambil dari meteor yang jatuh ke bumi. Para
peneliti sempat menyebutkan bahwa keris kuno mengandung unsur titanium, yakni suatu bahan yang baru digunakan pada abad 20 sebagai pelapis kendaraan luar angkasa. Akan tetapi, para mpu ternyata telah terlebih dahulu menggunakan bahan tersebut sebagai bahan pembuat keris.






ANGKLUNG

Angklung adalah alat musik bernada ganda yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat. Angklung selama ini dikenal sebagai alat musik khas daerah Jawa Barat. Menggunakan bahan dasar bambu, angklung dimainkan dengan cara digetarkan sehingga benturan antara pipa bambu dengan tiangnya akan menghasilkan bunyi tertentu. Ada 2 laras (titi nada) dalam angklung, yakni laras slendro dan pelog.

Pada awalnya, Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri supaya turun
ke Bumi, sehingga tanaman padi dapat tumbuh dengan subur. Selain itu, angklung juga dikenalmasyarakat sebagai penggugah semangat rakyat ketika bertempur pada masa peperangan di tanah air. Itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda pada masa itu sempat melarang penggunaan angklung. Angklung telah mendapat pengakuan resmi dari UNESCO sebagai bagian dari warisan  budaya.




Sabtu, 22 Mei 2021

SINOPSIS DARI SEBUAH FILM DAN NILAI-NILAI KEHIDUPAN YANG TERKANDUNG DIDALAMNYA


 

Assalamualaikum kawan kali saya akan membahas/mereview sebuah Film yang berjudul Grave of the Fireflies atau hotaru no haka keren kan judul nya, jadi kawan film ini bertemakan perjuangan hidup. Bagaimana seorang kakak beradik yang berjuang hidup ditengah perang kawan. Film ini berlatar sekitar tahun 1945,pada saat serangan udara di Jepang. Hal itu terlihat dari setting bangunan yang hancur terkena serangan udara yang berupa sebuah boom yang dilontarkan dari sebuah pesawat kawan

Film yang berdurasi 1hr 29min ini dapat membuatmu menangis haru kawan, dengan kisah hidup kakak beradik Seita dan Setsuko, yang berjuang hidup ditengah perang. film ini baik jika ditonton oleh semua kalangan dan semua umur, karena dalam film Garve of the Fireflies ini terdapat banyak pesan moral, salah satunya adalah pesan moral tanggung jawab.

Berbagai tanda yang digunakan dalam film Grave of the Fireflies, mulai dari ikon, indeks, simbol yang ditemukan dalam  scene yang mewakili pesan moral tanggung jawab, pada film Grave of the Fireflies tersebut, memperlihatkan tentang bagaimana tanggung jawab itu dilakukan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda, terlihat dari setiap scene yang memperlihatkan Seita yang berjuang untuk terus menjaga Setsuko.

saya akan memberikan scene yang memberikan pesan moral tanggung jawab yang dapat saya lihat pada scene saat terjadinya serangan udara

 berikut link film dari film Grave of the Fireflies yang bisa kamu tonton juga kawan



Pada menit ke 7 lebih 55 detik, menunjukan pesan moral rasa tanggung jawab dari seorang kakak yaitu seita yang harus menjaga dan memberi perlindungan kepada adiknya setsuko dari serangan udara untuk mencari tempat perlindungan yang aman dengan cara menggendongnya.



Hikmah yang saya petik setelah menonton ini kawan. Bersyukurlah, sampai saat ini kita masih memiliki keluarga,makanan, tempat tinggal. Dan perlu di ketahui juga, bahwa di luar sana masih banyak seita dan setsuko lain nya dan dari film ini saya merasakan penderitaan mereka mencari makan untuk bertahan hidup, sampai-sampai seita nekat mencuri, semoga hati kita selalu tergerak kawand untuk senantiasa berbagi kepada mereka yg kekurangan.

dapat kita simpulkan kawan bahwa film Grave of the Fireflies mempunyai banyak pesan moral salah satunya yaitu rasa tanggung jawab yang cukup banyak dalam sisi kehidupan, yang dimunculkan Dalam setiap scene nya sebagai mana yang ditunjukkan karakter Seita yang selalu menunjukan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak terhadap Setsuko adiknya untuk senantiasa menjaganya.


 INFORMASI TENTANG FILM

Tanggal rilis: 16 April 1988 (Jepang)

Sutradara: Isao Takahata

Cerita oleh: Akiyuki Nosaka

Diadaptasi dari: Grave of the Fireflies

Produser: Toru Hara, John Ledford, Kazuyuki Satô, Keijo Miruta, LAINNYA

informasi lebih lanjut: Grave of theFireflies (1988) - IMDb











Assalamualaikum kawan  kali ini saya akan mereview sebuah Film Mirai (2018) atau disebut juga Mirai no Mirai yang merupakan sebuah animasi yang menggambarkan kehidupan keluarga dari perspektif anak-anak. Menghadirkan premis yang baru, atau jarang ditampilkan oleh film animasi saat ini kawan, jadi kawan film Mirai ini bisa menggaris bawahi pentingnya keluarga yang memberi pengalaman pertama tentang kehidupan manusia kawan.



film ini memang tidak mengantarkan satu plot dengan satu garis lurus saja kawan, akan tetapi menggunakan beberapa fragmen layaknya episode dalam sebuah animasi pendek. Tetapi semuanya berhubungan dengan perjalanan Kun dan rasa cemburunya terhadap adik barunya.

jadi menurut saya kawan Daya tarik film Mirai  ini bukan hanya kesan surreal yang didapatkan, tetapi juga bagaimana premis yang dekat dengan kehidupan sehari-hari bisa menjadi sebuat plot yang menghanyutkan. Bisa dibilang, film Mirai adalah salah satu dari sedikit animasi yang bisa lebih dinikmati oleh orang tua dibandingkan anak-anak; betapa beratnya membesarkan anak dan menyeimbangkannya dengan pekerjaan dan kehidupan lainnya.



plot nya ini kawan Kun adalah anak laki-laki pertama dari ayah (lupa namanya:() dan ibu (Yumi-San) yang tinggal di daerah Isogo-ku Yokohama. Ibu Kun-Chan bekerja sebagai pegawai swasta sedangkan ayahnya bekerja sebagai arsitek. Ayah Kun-Chan membangun rumah tinggal mereka dengan desain yang cukup unik. Ayahnya menanam sebuah pohon Oak atau Ek di tengah-tengah rumah mereka sebagai pemisah antara ruang bermain dengan ruang utama. Pohon Ek yang berada di taman ini  sering di gunakan Kun-Chan untuk bermain dengan anjing peliharaannya bernama Yukka. Bagi Ayah dan Ibu, kehadiran pohon Ek di tengah rumah mereka mungkin akan terlihat seperti pohon-pohon Ek pada umumnya, tapi bagi Kun-Chan, pohon Ek itu – nantinya akan membawa ia pada sebuah pengalaman paling berharga dalam hidupnya.

 


 

 


Secara keseluruhan, film Mirai merupakan jalan terbaik untuk menggali kembali betapa pentingnya dan menyenangkannya berada dalam sebuah keluarga. Melalui film ini, Mamoru Hosada mengingatkan kita kembali bahwa keluarga merupakan tempat kita tumbuh dan berkembang, meskipun ada banyak pertengkaran serta ego yang tertahan.

Berikut merupakan pesan moral yang dapat diambil dari film anime Mirai ini kawan :

1.     Kakak yang baik selalu menyayangi adiknya, menjaganya dari hal-hal yang membuat adiknya tidak nyaman. Mengajaknya main namun tidak membahayakan adik dan dirinya sendiri.

2.    Orang tua bisa adil dalam memberi kasih sayang dan perhatian pada anak-anaknya. Dapat bersikap bijak dalam menghadapi kelakuan anaknya. Haruskah selalu marah apabila sang anak merajuk? Seharusnya orang tua juga berkaca, merefleksikan dirinya, adakah sikap atau perbuatan yang salah yang mengakibatkan anaknya berperilaku demikian.

 

anime Mirai karya Mamoru Hosoda ini mengungkapkan struktur naratif anime Mirai dan representasi aktualisasi diri tokoh Kun Chan. Analisis yang penulis lakukan terlebih dulu adalah meneliti tentang struktur naratif. Berikut ini adalah hasil analisis struktur naratif anime Mirai. Struktur yang pertama adalah cerita dan plot. Anime Mirai menceritakan tentang Kun chan yang cemburu pada Mirai, adiknya. Cerita dalam anime Mirai sangat bagus karena menyajikan visual yang mengagumkan. Selanjutnya, hubungan waktu dan naratifnya linier dan latarnya berada di rumah Kun Chan. Kun Chan adalah tokoh utama dari anime Mirai, memilki sifat yang cenderung masih berubah-ubah dan dapat berkembang. Kemudian, permasalahan dalam anime ini adalah Kun chan merasa kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Oleh karena itu, tujuan Kun chan dalam anime ini adalah menjadi anak yang membanggakan

 

Kesimpulan film Mirai (2018) menggaris bawahi pentingnya keluarga yang memberikan pengalaman pertama tentang kehidupan manusia. Melalui film ini kita dapat tahu kawan, Mamoru Hosada mengingatkan kembali bahwa keluarga merupakan tempat kita tumbuh dan berkembang, meskipun ada banyak pertengkaran serta ego yang tertahan. Sebuah animasi keluarga yang akan membangkitkan perasaan hangat bagi mereka yang jarang bertemu dengan keluarga.

INFORMASI TENTANG FILM

Directed :Mamoru Hosoda
Produced : Nozomu Takahashi, Yuichiro Saito
Starring :Moka Kamishiraishi, Haru Kuroki, Gen Hoshino, Kumiko Aso, Mitsuo Yoshihara
Production :Studio Chizu
Distributed :Toho
Genre :Animasi/Drama/Petualangan
Durasi :1 jam 38 menit
Rating IMDB :7.2/10 
Rotten Tomatoes :92%
MyAnimeList :7.6/10


 

 

Selasa, 30 Maret 2021

KONDISI & PERKEMBANAG SASTRA DI ERA 80 AN


Ø  Pengertian  Sastra

Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya

Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagsan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.

Dalam konteks kesenian,kesustraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian,yang menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan gagasan dan perasaan senimannya, sehingga sastra juga disamakan dengan cabang seni lain seperti seni tari,seni lukis, dan sebagainya.

 

Ø  Sejarah Sastra Angkatan 80-an

Kelahiran sastra angkatan 80-an diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan dipengaruhi oleh kegiatan politik. Angkatan 80-an lahir pada masa pemerintahan Soeharto era Orde Baru. Soeharto pada masa itu masih menduduki suatu jabatan di militer dan sebagai presiden Republik Indonesia, sehingga pemerintahannya sangat kokoh dengan perlindungan dari militer. Era Orde Baru mempunyai ciri yaitu semua keputusan berporos pada presiden dan hak bersuara sangat dibatasi. Ketika ada sebuah karya yang sifatnya dianggap provokasi, mengancam, melecehkan, menyinggung dan merugikan maka akan langsung ditindaklanjuti oleh Soeharto dengan segera. Contohnya adalah majalah Djaja yang terkenal waktu itu berhenti terbit, padahal majalah tersebut memuat masalah-masalah budaya bangsa dan kesenian Indonesia.

Sebab-sebab di atas tersebut menjadi dasar tentang tema yang dititikberatkan pada angkatan 80-an ini, yaitu tentang roman percintaan dan kisah kehidupan pada masa itu yang sifatnya tidak dianggap provokasi, mengancam, melecehkan, menyinggung dan merugikan. Tema roman percintaan dan kisah kehidupan ini pun didasari oleh kemajuan ekonomi dan hidup yang indah bagi masyarakat karena pada masa itu perekonomian di Indonesia sangat makmur sebelum krisis moneter pertengahan tahun 1997.

Kelahiran periode 80-an bersifat mendobrak keberadaan yang dilahirkan dari konsepsi individual yang mengacu pada satu wawasan kelompok. Setelah melewati ujian bertahun-tahun, kata bukanlah alat pengantar pengertian, tetapi adalah pengertian itu sendiri. Kata bebas menentukan diri sendiri, bebas dari penjajahan dan bebas dari ide-ide.

Konsep di atas telah menitikberatkan pada kata. Hal ini sangat menarik dan membawa pada pemikiran yang lain dalam wawasan yang estetik periode 80-an. Periode sebelumnya telah terjadi pergeseran wawasan dan pergeseran estetik khususnya pada kata. Dasar tersebut menyebabkan lahirnya periode 80-an menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra.

Periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional. Kesusastraan itu adalah alat untuk mencurahkan makna agar dapat ditumpahkan pada manusia secara utuh dan makna itu hendaknya disalurkan agar mengalami proses mengembang dan mengempis masuk ke dalam kehidupan serta mengembangkan hal-hal yang sebelumnya belum terpikirkan oleh manusia.

Periode 80-an lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan. Para sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas untuk berkarya. Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama radio. Pada periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat. Perfilman Indonesia banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para sutradara pun aktif menciptakan film-film baru. Misal film yang bertemakan percintaan remaja yaitu Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar baik dikalangan muda maupun tua.

 

Ø  Latar Belakang Munculnya Angkatan 80-an

            Sastra 80-an berada di tengah lingkungan yang masyarakatnya mengalami depolitisasi yang nyaris total. Aktivitas-aktivitas politik mahasiswa ditertibkan dan mahasiswa sepenuhnya dijadikan organ kampus yang dilepaskan dari segala macam aktivitas politik. Mimbar bebas tidak lagi dibolehan dan bahkan indoktrinasi berupa penataran P4 mulai menjadi bagian integral dari kehidupan kampus.

            Politik stabilitas, security approach, normalisasi kehidupan kampus, dan asas tunggal merupakan lingkungan tempat para sastrawan era 80-an hidup. Majalah sastra hanya ada Horison dan Basis. TIM sebagai pusat kesenian tidak seleluasa dulu, baik dalam masalah dana maupun kegiatan.

            Karya sastra yang lahir pada tahun 80-an dipengaruhi proses depolitisasi tersebut. Oleh karena itu, sastra yang muncul pun jadi tidak sesuai dengan realitas sosial politik serta tidak menunjukkan kegelisahan dan kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu.

            Globalisasi dengan ekonomi sebagai panglima menempatkan pusat dunia tidak lagi pada lembar-lembar diskursif sastrawi. Jargon-jargon politik yang hiruk-pikuk dan menakutkan telah berlalu. Mereka digantikan oleh jargon-jargon modisme yang meriah, kerlap-kerlip, dan tidak terasa menakutkan. Ditambah lagi, terdapat ancaman pembredelan-pembredelan terhadap karya sastra dan faktor-faktor keamanan lainnya.

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.

Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Satu di antara ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.

Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.

Namun, yang tak boleh dilupakan pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

Sastra popular atau yang lebih dikenal dengan sebutan sastra pop, dianggap sebagai sastra yang esensinya lebih rendah dari sastra non-pop. Sastra pop dianggap tidak memiliki keindahan dari segi pemaknaan karena sekali baca seorang pembaca bisa langsung mengetahui makna yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tidak seperti sastra non-pop, sastra pop cenderung lebih mengutamakan permintaan pasar daripada keindahan estetik yang tersaji lewat penyampaian maupun makna yang tersirat di dalam karya tersebut.

Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.

 

 

Ø  Tokoh-tokoh Angkatan 80-an

Sastra angkatan 80-an tidak mempunyai informasi yang jelas tentang siapa pelopornya. Namun, pada angkatan ini banyak sastrawan yang berperan penting dalam perkembangannya, di antaranya adalah:

1.    Hilman Hariwijaya

Hilman Hariwijaya yang lahir di Jakarta, 25 Agustus1964. Hilman Hariwijaya adalah seorang penulis Indonesia dan pelopor sastra aliran pop. Namanya dikenal sejak menulis cerita pendek yang diberi judul Lupus di majalah Hai dibulan Desember 1986, yang kemudian dibukukan menjadi sebuah novel. Kini setelah ia tidak produktif lagi menulis novel, laki-laki yang mengagumi sosok penulis Arswendo Atmowiloto dan Astrid Lindgren ini merambah dunia pertelevisian dengan menulis skenario dari sinetron Cinta Fitri (Season 2-3), Melati untuk Marvel, dan lain-lain. Ia juga memroduseri film The Wall.

2.    Marga T

Marga T dikelompokkan sebagai sastrawan angkatan 1980-1990. Satrawati dan dokter ini lahir pada tanggal 27 Januari 1943 di Jakarta. Nama aslinya adalah Marga Tjoa dengan nama lengkap Magaretha Harjamulia, Tjia Liang Tjoe. Semenjak sekolah wanita ini sudah sering mengarang dan sering dimuat di majalah sekolah. Pendidikan terakhir adalah Kedokteran di Universitas Trisakti. Karya pendeknya yang pertama berjudul “Kamar 27”. Saat itu dia berusia 21 tahun. Sedangkan bukunya yang pertama berjudul “Rumahku adalah Istanaku”, yaitu cerita anak-anak yang diterbitkan pada tahun 1969

3.      Nh. Dini

Nh. Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.

Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.

4.      Mira Widjaja

Bicara tentang novel populer Tanah Air, tentunya nama Mira W tak bisa begitu saja dilupakan. Ia dikenal sebagai penulis yang produktif menghasilkan novel-novel bertema cinta nan romantis. Pengarang bernama asli Mira Widjaja ini menjelma menjadi satu di antara legenda novel terpopuler di Indonesia. Puluhan judul novel telah membanjiri dunia novel populer, bahkan beberapa di antaranya sudah dicetak ulang berkali-kali.

5.    Ahmadun Yosi Herfanda

Ahmadun Yosi Herfanda yang juga ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17 Januari1958 adalah seorang penulis puisi, cerpen, dan esei dari Indonesia. Ahmadun dikenal sebagai sastrawan Indonesia dan jurnalis yang banyak menulis esei sastra dan sajak sufistik. Namun, penyair Indonesia dari generasi 1980-an ini juga banyak menulis sajak-sajak sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural dengan tema-tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esei sastra.

6. Y.B Mangunwijaya

Burung-burung Manyar (1981)

7. Darman Moenir

Bako (1983)

Dendang (1988)

8. Budi Darma

Olenka (1983)

Rafilus (1988)

 

   Karakteristik Sastra Angkatan 80-an

Setiap angkatan sastra mempunyai karakteristiknya masing-masing yang membedakan dengan yang lain. Berikut adalah karakteristik sastra angkatan 1980:

1.        puisi yang dihasilkan bercorak spritual religius, seperti karya yang berjudul “Kubakar Cintaku” karya Emba Ainun Najib;

2.        sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme;

3.        sastrawan menggunakan konsep improvisasi;

4.        karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya;

5.        menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan;

6.        bahasa yang digunakan  realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis;

7.        terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya;

8.        mulai menguat pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflikdengan pemikiran timur;

9.        didominansi oleh roman percintaan;

10.    novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat yang tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.

 

    Kualitas Sastra Angkatan 80-an

Setiap angkatan karya sastra pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti  padaa ngkatan 80-an.

a.    Kelebihan karya sastra angkatan 80-an:

1)      Memiliki wawasan estetik yang luas;

2)      bertema tentang roman percintaan dan kisah kehidupan ini pun didasari oleh kemajuan ekonomi dan hidup yang indah bagi masyarakat sehingga memberi kesan kebahagiaan bagi pembacanya;

3)      menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra;

4)      periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional;

5)      para sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas untuk berkarya;

6)      periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat dan;

7)      karyasastraera 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop.

b.   Kekurangan karya sastra angkatan 80-an:

1)      Karya sastra angkatan 80-an diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan dipengaruhi oleh kegiatan politik;

2)      karya sastra yang lahir pada tahun 80-an dipengaruhi proses depolitisasi;

3)      sastra yang muncul jadi tidak sesuai dengan realitas sosial politik serta tidak menunjukkan kegelisahan dan kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu.

 

Ø  Karya-karya Angkatan 80-an

Tokoh angkatan 80-an dapat dikenal melalui karya-karyanya yang apik. Beberapa dari karya sastra tersebut pun menuai kesuksesan pada zamannya. Berikut adalah beberapa karya sastra pada angkatan 80-an

 

  • Hilman Hariwijaya

Berikut ini adalah beberapa buku ciptaan Hilman Hariwijaya, di antaranya:

v  Lupus

Lupus adalah karakter tokoh laki-laki yang diciptakan Hilman ditahun 1986 melalui cerpen di majalah Hai. Dibukukan pada bulan November 1986. Diceritakan Lupus berprofesi sebagai pelajar dan wartawan muda di majalah Hai. Ia tinggal bersama Mami dan adiknya yang bernama Lulu. Hilman juga merilis buku Lupus Kecil dan Lupus ABG sebagai wujud Lupus di masa SD dan SMP, yang ditulis bersama Boim LeBon. Seri ini telah menghasilkan 5 film layar lebar dan sinetron dari 52 buku yang ada, dengan Ryan Hidayat, Oka Sugawa, Rico Karindra, Irgy Ahmad Fahrezy dan Attar Syah yang berperan sebagai Lupus.

v  Vanya

Vanya adalah seri kelima karya Hilman yang ditulis bersama A. Mahendra pada tahun 1994. Dikisahkan Vanya adalah wanita Jakarta yang kuliah di Bandung. Buku ini telah disinetronkan dan diperankan oleh Astrid Tiar.

v  Keluarga Hantu

Keluarga Hantu adalah seri keempat Hilman yang ditulis bersama Boim. Mengisahkan tentang Luyut, anak hantu yang ingin mencoba bergaul dengan manusia. Namun ditentang oleh Nates (ayah) dan Kanalitnuk (ibu)

v  Lulu

Lulu adalah pemekaran dari cerita Lupus, tokoh sang adik. Buku ini ditulis Hilman bersama Boim LeBon dan Gusur Adhikarya.

v  Olga

Olga adalah karakter tokoh wanita yang diciptakan Hilman pada tahun 1990 di majalah Mode. Pertama kali dibukukan pada Juli 1990. Diceritakan Olga sebagai pelajar yang bekerja sampingan sebagai penyiar radio di Radio Ga Ga. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya, dan memiliki sahabat, Wina. Seri ini telah dijadikan 1 judul film dan 3 musim sinetron dengan Desy Ratnasari, Sarah Sechan, Melly Manuhutu, dan Sissy Priscillia berperan sebagai Olga.

v  Vladd

Vladd adalah seri keenam karya Hilman yang ditulis bersama A. Mahendra. Dikisahkan Vladd adalah pelajar SD yang genius.

Selain buku, Hilman Hariwijaya juga menciptakan sinematografi. Beberapa judulnya antara lain Topi-Topi Centil (sebagai Lupus) tahun 1991, Tangkaplah Daku Kau Kujitak tahun 1989, Makhluk Manis Dalam Bis tahun 1990, Anak Mami Sudah Besar tahun 1992, Lupus 5, Olga dan Sepatu Roda tahun 1990, Valentine Kasih Sayang Bagimu tahun 1992, Dealova tahun 2005, The Wall tahun 2007, Anak Ajaib tahun 2008, Suka Ma Suka tahun 2009, Rasa tahun 2009, Cinta Fitri season 1-3, Melati untuk Marvel, Suci, Dan, Kisah Sedih di Hari Minggu, Kisah Kasih di Sekolah, Khanza, Lupus Milenia, Lupus, Satu Cincin Dua Cinta, Cerita Cinta, Vanya, Olga, Cinta 7 Susun – 2013, Putri Nomor 1, dan Fortune Cookies

v  Nh. Dini

Peraih penghargaan SEA Write Award dibidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.

Beberapa Karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini yang terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita.

v  Mira Widjaja

Novel Mira Widjaja yang paling terkenal berjudul “di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi” yang diterbitkan pada tahun 1980. Ia terus menghasilkan karya, berkiblat pada penulis-penulis seperti Nh. Dini, Agatha Christie, Y. B. Mangunwijaya dan Harold Robbins. Mira, bersama dengan Marga T, dianggap sebagai pelopor penulis keturunan Tionghoa di Indonesia, menjadi inspirasi bagi penulis-penulis berikutnya seperti Clara Ng.

Hingga tahun 1995, Mira telah menerbitkan lebih dari 40 novel, kebanyakan di antaranya telah diangkat menjadi film dan sinetron, termasuk Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Ketika Cinta Harus Memilih, dan Permainan Bulan Desember.

v  Ahmadun Yosi Herfanda

Karya-karya Ahmadun dipublikasikan di berbagai media sastra dan antologi puisi yang terbit di dalam dan luar negeri, antara lain, Horison, Ulumul Qur'an, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana (Brunei), antologi puisi Secreets Need Words (Ohio University, A.S., 2001), Waves of Wonder (The International Library of Poetry, Maryland, A.S., 2002), jurnal Indonesia and The Malay World (London, Inggris, November 1998), The Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal Festival II, Jakarta, 1995).

Beberapa kali sajak-sajaknya dibahas dalam "Sajak-Sajak Bulan Ini Radio Suara Jerman" (Deutsche Welle). Cerpennya, Sebutir Kepala dan Seekor Kucing, memenangkan satu di antara penghargaan dalam Sayembara Cerpen Kincir Emas 1988 Radio Nederland (Belanda) dan dibukukan dalam Paradoks Kilas Balik (Radio Nederland, 1989). Tahun 1997 ia meraih penghargaan tertinggi dalam Peraduan Puisi Islam MABIMS (forum informal Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

Beberapa buku karya Ahmadun yang telah terbit sejak dasawarsa 1980-an, antara lain:

  • Ladang Hijau (Eska Publishing, 1980),
  • Sang Matahari (kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984),
  • Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia, 1986).

·        Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990),

  • Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997),
  • Fragmen-fragmen Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra Bandung, 1997),
  • Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya, 1997),
  • Ciuman Pertama untuk Tuhan (kumpulan puisi, bilingual, Logung Pustaka, 2004),
  • Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (kumpulan cerpen, Bening Publishing, 2004),
  • Badai Laut Biru (kumpulan cerpen, Senayan Abadi Publishing, 2004),
  • The Warshipping Grass (kumpulan puisi bilingual, Bening Publishing, 2005),
  •  Resonansi Indonesia (kumpulan sajak sosial, Jakarta Publishing House, 2006),
  • Koridor yang Terbelah (kumpulan esei sastra, Jakarta Publishing House, 2006).
  • Yang Muda yang Membaca (buku esai panjang, Kemenegpora RI, 2009).
  • Sajadah Kata (kumpulan puisi, Pustaka Littera, 2013).


Marga T

  Daftar berikut ini memuat sebagian dari karya Marga Tjoa:

no

judul

tahun

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Sekali dalam 100 tahun: kumpulan satir

Tesa

Sembilu Bermata Dua

Setangkai Edelweiss

Untukmu Nana

Saskia: sebuah trilogi

Bukit Gundaling

Rahasia Dokter Sabara

Saga Merah

Fatamorgana

Monik: sekumpulan cerpen

Sebuah Ilusi

Lagu Cinta: kumpulan cerpen

1990

1990

1989

1988

1986

1987

1987

1987

1987

1988

1988

1988


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 







ü  Simpulan

     Periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional. Angkatan  80-an lahir pada masa pemerintahan Soeharto era Orde Baru. Soeharto pada masa itu masih menduduki suatu jabatan di militer dan sebagai presiden Republik Indonesia, sehingga pemerintahannya sangat kokoh dengan perlindungan dari militer.

 

REFERENSI

Galang, Anandya. 2008. “Sastra Angkatan 80-an.”. (http://anandyaga.blogspot.com/2012/09/sastra-angkatan-80an.html,

Manda, Nursyam. 2009. “Karakteristik Karya Sastra.”          (http://makallahkarakteristikkaryasastraa.blogspot.com,).

 

      Arasy, Bernika Nur. 2008. “Perbedaan antara Sastra Pop dengan Sastra Nonpop.” (Online). (http://arasshehe.blogspot.com/2011/03/perbedaan-antara-sastra-pop-dengan.html, diakses 24 Februari 2014).

            Budiawan, Agus. 2009. “Persinggungan Sastra Pop dan Nonpop.” (Online). (http://agusbudiawan.wordpress.com/2013/08/24/persinggungan-sastra-pop-dan-non-pop, diakses 24 Februari 2014).

            Galang, Anandya. 2008. “Sastra Angkatan 80-an.” (Online). (http://anandyaga.blogspot.com/2012/09/sastra-angkatan-80an.html, diakses 24 Februari 2014).

            Manda, Nursyam. 2009. “Karakteristik Karya Sastra.” (Online). (http://makallahkarakteristikkaryasastraa.blogspot.com, diakses 24 Februari 2014).

            Mihardja, Achdiat. 2009. “Periodisasi Sastra Indonesia dan Latar Belakang.” (Online). (http://sesarjackson.blogspot.com/2013/05/periodisasi-sastra-indonesia-dan-latar.html, diakses 24 Februari 2014).

            Padi, Editorial. 2013. “Kumpulan Super Lengkap Sastra Indonesia.” CV Ilmu Padi Infra Pustaka Makmur: Jakarta.

            Pujangga, Near. 2010. “Pemetaan Beragam Tentang Periodisasi Sastra Indonesia.” (Online). (http://nearpunyakumpulanbahasadansastra.blogspot.com/ 2011/01/menelaah-karya-sastra-indonesia-periode.html, diakses 24 Februari 2014).

            Rahayu, Tri Wani. 2011. “Perbedaan, Ciri-ciri dan Contoh Karya Sastra.” (Online). (http://catatanbahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/perbedaan-ciri-ciri-dan-contoh-karya.html, diakses 24 Februari 2014).

            Rialdi, Fahmi. 2006. “Bahasa Sastra.” (Online). (http://soulmate9.wordpress.com/bahasa-sastra/ diakses 24 Februari 2014).

            Smanssa, Basasina. 2012. “Angkatan Sastra Indonesia.” (Online). (http://basasinasmanssa.blogspot.com/2010/11/angkatan-sastra-indonesia.html

MATKUL (SEMESTER 2) ILMU SOSIAL DASAR#