Ø Pengertian
Sastra
Sastra berasal
dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi
segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu
pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya
Sastra dalam arti
khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagsan dan
perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan
sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang
lahir dari perasaan dan pemikirannya.
Dalam konteks
kesenian,kesustraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian,yang
menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan gagasan dan perasaan
senimannya, sehingga sastra juga disamakan dengan cabang seni lain seperti seni
tari,seni lukis, dan sebagainya.
Ø Sejarah Sastra Angkatan 80-an
Kelahiran sastra
angkatan 80-an diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan dipengaruhi oleh
kegiatan politik. Angkatan 80-an lahir pada masa pemerintahan Soeharto era Orde
Baru. Soeharto pada masa itu masih menduduki suatu jabatan di militer dan
sebagai presiden Republik Indonesia, sehingga pemerintahannya sangat kokoh
dengan perlindungan dari militer. Era Orde Baru mempunyai ciri yaitu semua
keputusan berporos pada presiden dan hak bersuara sangat dibatasi. Ketika ada
sebuah karya yang sifatnya dianggap provokasi, mengancam, melecehkan, menyinggung
dan merugikan maka akan langsung ditindaklanjuti oleh Soeharto dengan segera.
Contohnya adalah majalah Djaja yang terkenal waktu itu berhenti terbit, padahal
majalah tersebut memuat masalah-masalah budaya bangsa dan kesenian Indonesia.
Sebab-sebab di
atas tersebut menjadi dasar tentang tema yang dititikberatkan pada angkatan
80-an ini, yaitu tentang roman percintaan dan kisah kehidupan pada masa itu
yang sifatnya tidak dianggap provokasi, mengancam, melecehkan, menyinggung dan
merugikan. Tema roman percintaan dan kisah kehidupan ini pun didasari oleh
kemajuan ekonomi dan hidup yang indah bagi masyarakat karena pada masa itu
perekonomian di Indonesia sangat makmur sebelum krisis moneter pertengahan
tahun 1997.
Kelahiran periode
80-an bersifat mendobrak keberadaan yang dilahirkan dari konsepsi individual
yang mengacu pada satu wawasan kelompok. Setelah melewati ujian bertahun-tahun,
kata bukanlah alat pengantar pengertian, tetapi adalah pengertian itu sendiri.
Kata bebas menentukan diri sendiri, bebas dari penjajahan dan bebas dari
ide-ide.
Konsep di atas
telah menitikberatkan pada kata. Hal ini sangat menarik dan membawa pada
pemikiran yang lain dalam wawasan yang estetik periode 80-an. Periode
sebelumnya telah terjadi pergeseran wawasan dan pergeseran estetik khususnya
pada kata. Dasar tersebut menyebabkan lahirnya periode 80-an menekankan pada
pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra.
Periode 80-an ini
merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk
menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional. Kesusastraan itu
adalah alat untuk mencurahkan makna agar dapat ditumpahkan pada manusia secara
utuh dan makna itu hendaknya disalurkan agar mengalami proses mengembang dan
mengempis masuk ke dalam kehidupan serta mengembangkan hal-hal yang sebelumnya
belum terpikirkan oleh manusia.
Periode 80-an
lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan
bobot maksimal serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan. Para
sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan
kreativitas untuk berkarya. Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama
radio. Pada periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat.
Perfilman Indonesia banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para
sutradara pun aktif menciptakan film-film baru. Misal film yang bertemakan
percintaan remaja yaitu Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar baik
dikalangan muda maupun tua.
Ø Latar Belakang Munculnya Angkatan 80-an
Sastra 80-an berada di tengah
lingkungan yang masyarakatnya mengalami depolitisasi yang nyaris total.
Aktivitas-aktivitas politik mahasiswa ditertibkan dan mahasiswa sepenuhnya
dijadikan organ kampus yang dilepaskan dari segala macam aktivitas politik.
Mimbar bebas tidak lagi dibolehan dan bahkan indoktrinasi berupa penataran P4
mulai menjadi bagian integral dari kehidupan kampus.
Politik stabilitas, security
approach, normalisasi kehidupan kampus, dan asas tunggal merupakan lingkungan
tempat para sastrawan era 80-an hidup. Majalah sastra hanya ada Horison dan
Basis. TIM sebagai pusat kesenian tidak seleluasa dulu, baik dalam masalah dana
maupun kegiatan.
Karya sastra yang lahir pada tahun
80-an dipengaruhi proses depolitisasi tersebut. Oleh karena itu, sastra yang
muncul pun jadi tidak sesuai dengan realitas sosial politik serta tidak
menunjukkan kegelisahan dan kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu.
Globalisasi dengan ekonomi sebagai
panglima menempatkan pusat dunia tidak lagi pada lembar-lembar diskursif
sastrawi. Jargon-jargon politik yang hiruk-pikuk dan menakutkan telah berlalu.
Mereka digantikan oleh jargon-jargon modisme yang meriah, kerlap-kerlip, dan tidak
terasa menakutkan. Ditambah lagi, terdapat ancaman pembredelan-pembredelan
terhadap karya sastra dan faktor-faktor keamanan lainnya.
Karya sastra di
Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu
Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai
majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan
yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado,
Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja,
Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman
Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini
(Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada
dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku
Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Satu di antara ciri
khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh
dari budaya barat, tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran
timur.
Mira W dan Marga T
adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang
menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka
adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih
dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan
untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an
biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun, yang tak
boleh dilupakan pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop,
yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya
dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh
generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih
berat.
Sastra popular
atau yang lebih dikenal dengan sebutan sastra pop, dianggap sebagai sastra yang
esensinya lebih rendah dari sastra non-pop. Sastra pop dianggap tidak memiliki
keindahan dari segi pemaknaan karena sekali baca seorang pembaca bisa langsung
mengetahui makna yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tidak seperti sastra
non-pop, sastra pop cenderung lebih mengutamakan permintaan pasar daripada
keindahan estetik yang tersaji lewat penyampaian maupun makna yang tersirat di
dalam karya tersebut.
Ada nama-nama
terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie
Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes,
dan Oka Rusmini.
Ø Tokoh-tokoh Angkatan 80-an
Sastra angkatan
80-an tidak mempunyai informasi yang jelas tentang siapa pelopornya. Namun,
pada angkatan ini banyak sastrawan yang berperan penting dalam perkembangannya,
di antaranya adalah:
1. Hilman Hariwijaya
Hilman Hariwijaya
yang lahir di Jakarta, 25 Agustus1964. Hilman Hariwijaya adalah seorang penulis
Indonesia dan pelopor sastra aliran pop. Namanya dikenal sejak menulis cerita
pendek yang diberi judul Lupus di majalah Hai dibulan Desember 1986, yang
kemudian dibukukan menjadi sebuah novel. Kini setelah ia tidak produktif lagi
menulis novel, laki-laki yang mengagumi sosok penulis Arswendo Atmowiloto dan
Astrid Lindgren ini merambah dunia pertelevisian dengan menulis skenario dari
sinetron Cinta Fitri (Season 2-3), Melati untuk Marvel, dan lain-lain. Ia juga
memroduseri film The Wall.
2. Marga T
Marga T
dikelompokkan sebagai sastrawan angkatan 1980-1990. Satrawati dan dokter ini
lahir pada tanggal 27 Januari 1943 di Jakarta. Nama aslinya adalah Marga Tjoa
dengan nama lengkap Magaretha Harjamulia, Tjia Liang Tjoe. Semenjak sekolah
wanita ini sudah sering mengarang dan sering dimuat di majalah sekolah.
Pendidikan terakhir adalah Kedokteran di Universitas Trisakti. Karya pendeknya
yang pertama berjudul “Kamar 27”. Saat itu dia berusia 21 tahun. Sedangkan
bukunya yang pertama berjudul “Rumahku adalah Istanaku”, yaitu cerita anak-anak
yang diterbitkan pada tahun 1969
3. Nh. Dini
Nh. Dini mengaku
mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan
tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri
mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Sekalipun sejak kecil
kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya
kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita
jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya
itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.
Kalau pada
akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan
kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya,
biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya dan dalam
kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
4. Mira Widjaja
Bicara tentang
novel populer Tanah Air, tentunya nama Mira W tak bisa begitu saja dilupakan.
Ia dikenal sebagai penulis yang produktif menghasilkan novel-novel bertema
cinta nan romantis. Pengarang bernama asli Mira Widjaja ini menjelma menjadi
satu di antara legenda novel terpopuler di Indonesia. Puluhan judul novel telah
membanjiri dunia novel populer, bahkan beberapa di antaranya sudah dicetak
ulang berkali-kali.
5. Ahmadun Yosi Herfanda
Ahmadun Yosi
Herfanda yang juga ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH lahir di
Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17 Januari1958 adalah seorang penulis
puisi, cerpen, dan esei dari Indonesia. Ahmadun dikenal sebagai sastrawan
Indonesia dan jurnalis yang banyak menulis esei sastra dan sajak sufistik.
Namun, penyair Indonesia dari generasi 1980-an ini juga banyak menulis
sajak-sajak sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural
dengan tema-tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esei sastra.
6. Y.B
Mangunwijaya
Burung-burung
Manyar (1981)
7. Darman Moenir
Bako (1983)
Dendang (1988)
8. Budi Darma
Olenka (1983)
Rafilus (1988)
Karakteristik Sastra Angkatan 80-an
Setiap angkatan
sastra mempunyai karakteristiknya masing-masing yang membedakan dengan yang
lain. Berikut adalah karakteristik sastra angkatan 1980:
1. puisi yang dihasilkan bercorak spritual
religius, seperti karya yang berjudul “Kubakar Cintaku” karya Emba Ainun Najib;
2. sajak cenderung mengangkat tema tentang
ketuhanan dan mistikisme;
3. sastrawan menggunakan konsep
improvisasi;
4. karya sastra yang dihasilkan mengangkat
masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik,
dan budaya;
5. menuntut hak asasi manusia, seperti
kebebasan;
6. bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan
romantis;
7. terdapat konsepsi pembebasan kata dari
pengertian aslinya;
8. mulai menguat pengaruh dari budaya
barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflikdengan pemikiran timur;
9. didominansi oleh roman percintaan;
10. novel yang dihasilkan mendapat pengaruh
kuat dari budaya barat yang tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran
timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
Kualitas Sastra Angkatan 80-an
Setiap angkatan
karya sastra pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti padaa ngkatan 80-an.
a. Kelebihan karya sastra angkatan 80-an:
1) Memiliki wawasan estetik yang luas;
2) bertema tentang roman percintaan dan
kisah kehidupan ini pun didasari oleh kemajuan ekonomi dan hidup yang indah
bagi masyarakat sehingga memberi kesan kebahagiaan bagi pembacanya;
3) menekankan pada pemikiran dan cara
penyampaian dalam karya sastra;
4) periode 80-an ini merupakan sastra yang
dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya
yang baru dengan wawasan konstitusional;
5) para sastrawan mengikuti perkembangan
jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas untuk berkarya;
6) periode 80-an ini karya sastra film juga
berkembang pesat dan;
7) karyasastraera 1980-an ini juga tumbuh
sastra yang beraliran pop.
b. Kekurangan karya sastra angkatan 80-an:
1) Karya sastra angkatan 80-an diwarnai
dengan aturan-aturan yang ketat dan dipengaruhi oleh kegiatan politik;
2) karya sastra yang lahir pada tahun 80-an
dipengaruhi proses depolitisasi;
3) sastra yang muncul jadi tidak sesuai
dengan realitas sosial politik serta tidak menunjukkan kegelisahan dan
kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu.
Ø Karya-karya Angkatan 80-an
Tokoh angkatan
80-an dapat dikenal melalui karya-karyanya yang apik. Beberapa dari karya
sastra tersebut pun menuai kesuksesan pada zamannya. Berikut adalah beberapa
karya sastra pada angkatan 80-an
- Hilman Hariwijaya
Berikut ini adalah
beberapa buku ciptaan Hilman Hariwijaya, di antaranya:
v Lupus
Lupus adalah
karakter tokoh laki-laki yang diciptakan Hilman ditahun 1986 melalui cerpen di
majalah Hai. Dibukukan pada bulan November 1986. Diceritakan Lupus berprofesi
sebagai pelajar dan wartawan muda di majalah Hai. Ia tinggal bersama Mami dan
adiknya yang bernama Lulu. Hilman juga merilis buku Lupus Kecil dan Lupus ABG
sebagai wujud Lupus di masa SD dan SMP, yang ditulis bersama Boim LeBon. Seri
ini telah menghasilkan 5 film layar lebar dan sinetron dari 52 buku yang ada,
dengan Ryan Hidayat, Oka Sugawa, Rico Karindra, Irgy Ahmad Fahrezy dan Attar
Syah yang berperan sebagai Lupus.
v Vanya
Vanya adalah seri
kelima karya Hilman yang ditulis bersama A. Mahendra pada tahun 1994.
Dikisahkan Vanya adalah wanita Jakarta yang kuliah di Bandung. Buku ini telah
disinetronkan dan diperankan oleh Astrid Tiar.
v Keluarga Hantu
Keluarga Hantu
adalah seri keempat Hilman yang ditulis bersama Boim. Mengisahkan tentang
Luyut, anak hantu yang ingin mencoba bergaul dengan manusia. Namun ditentang
oleh Nates (ayah) dan Kanalitnuk (ibu)
v Lulu
Lulu adalah
pemekaran dari cerita Lupus, tokoh sang adik. Buku ini ditulis Hilman bersama
Boim LeBon dan Gusur Adhikarya.
v Olga
Olga adalah
karakter tokoh wanita yang diciptakan Hilman pada tahun 1990 di majalah Mode.
Pertama kali dibukukan pada Juli 1990. Diceritakan Olga sebagai pelajar yang
bekerja sampingan sebagai penyiar radio di Radio Ga Ga. Ia tinggal bersama
kedua orangtuanya, dan memiliki sahabat, Wina. Seri ini telah dijadikan 1 judul
film dan 3 musim sinetron dengan Desy Ratnasari, Sarah Sechan, Melly Manuhutu,
dan Sissy Priscillia berperan sebagai Olga.
v Vladd
Vladd adalah seri
keenam karya Hilman yang ditulis bersama A. Mahendra. Dikisahkan Vladd adalah
pelajar SD yang genius.
Selain buku,
Hilman Hariwijaya juga menciptakan sinematografi. Beberapa judulnya antara lain
Topi-Topi Centil (sebagai Lupus) tahun 1991, Tangkaplah Daku Kau Kujitak tahun
1989, Makhluk Manis Dalam Bis tahun 1990, Anak Mami Sudah Besar tahun 1992,
Lupus 5, Olga dan Sepatu Roda tahun 1990, Valentine Kasih Sayang Bagimu tahun
1992, Dealova tahun 2005, The Wall tahun 2007, Anak Ajaib tahun 2008, Suka Ma
Suka tahun 2009, Rasa tahun 2009, Cinta Fitri season 1-3, Melati untuk Marvel,
Suci, Dan, Kisah Sedih di Hari Minggu, Kisah Kasih di Sekolah, Khanza, Lupus
Milenia, Lupus, Satu Cincin Dua Cinta, Cerita Cinta, Vanya, Olga, Cinta 7 Susun
– 2013, Putri Nomor 1, dan Fortune Cookies
v Nh. Dini
Peraih penghargaan
SEA Write Award dibidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur
dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah
seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan
kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang
sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah
melahirkan puluhan karya.
Beberapa Karya
Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini yang
terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku
Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang
Damai (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen,
novelet, atau cerita kenangan. Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20
buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita.
v Mira Widjaja
Novel Mira Widjaja
yang paling terkenal berjudul “di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi” yang
diterbitkan pada tahun 1980. Ia terus menghasilkan karya, berkiblat pada
penulis-penulis seperti Nh. Dini, Agatha Christie, Y. B. Mangunwijaya dan
Harold Robbins. Mira, bersama dengan Marga T, dianggap sebagai pelopor penulis
keturunan Tionghoa di Indonesia, menjadi inspirasi bagi penulis-penulis
berikutnya seperti Clara Ng.
Hingga tahun 1995,
Mira telah menerbitkan lebih dari 40 novel, kebanyakan di antaranya telah
diangkat menjadi film dan sinetron, termasuk Di Sini Cinta Pertama Kali
Bersemi, Ketika Cinta Harus Memilih, dan Permainan Bulan Desember.
v Ahmadun Yosi Herfanda
Karya-karya
Ahmadun dipublikasikan di berbagai media sastra dan antologi puisi yang terbit
di dalam dan luar negeri, antara lain, Horison, Ulumul Qur'an, Kompas, Media
Indonesia, Republika, Bahana (Brunei), antologi puisi Secreets Need Words (Ohio
University, A.S., 2001), Waves of Wonder (The International Library of Poetry,
Maryland, A.S., 2002), jurnal Indonesia and The Malay World (London, Inggris,
November 1998), The Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The
Istiqlal Festival II, Jakarta, 1995).
Beberapa kali sajak-sajaknya
dibahas dalam "Sajak-Sajak Bulan Ini Radio Suara Jerman" (Deutsche
Welle). Cerpennya, Sebutir Kepala dan Seekor Kucing, memenangkan satu di antara
penghargaan dalam Sayembara Cerpen Kincir Emas 1988 Radio Nederland (Belanda)
dan dibukukan dalam Paradoks Kilas Balik (Radio Nederland, 1989). Tahun 1997 ia
meraih penghargaan tertinggi dalam Peraduan Puisi Islam MABIMS (forum informal
Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Beberapa buku
karya Ahmadun yang telah terbit sejak dasawarsa 1980-an, antara lain:
- Ladang Hijau (Eska Publishing, 1980),
- Sang Matahari (kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna
Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984),
- Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A.
Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia, 1986).
·
Sajak
Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990),
- Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka,
1997),
- Fragmen-fragmen Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra
Bandung, 1997),
- Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya,
1997),
- Ciuman Pertama untuk Tuhan (kumpulan puisi, bilingual,
Logung Pustaka, 2004),
- Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (kumpulan cerpen, Bening
Publishing, 2004),
- Badai Laut Biru (kumpulan cerpen, Senayan Abadi
Publishing, 2004),
- The Warshipping Grass (kumpulan puisi bilingual, Bening
Publishing, 2005),
- Resonansi
Indonesia (kumpulan sajak sosial, Jakarta Publishing House, 2006),
- Koridor yang Terbelah (kumpulan esei sastra, Jakarta
Publishing House, 2006).
- Yang Muda yang Membaca (buku esai panjang, Kemenegpora
RI, 2009).
- Sajadah Kata (kumpulan puisi, Pustaka Littera, 2013).
Marga T
Daftar berikut ini memuat sebagian dari
karya Marga Tjoa:
no |
judul |
tahun |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 |
Sekali
dalam 100 tahun: kumpulan satir Tesa Sembilu
Bermata Dua Setangkai
Edelweiss Untukmu
Nana Saskia:
sebuah trilogi Bukit
Gundaling Rahasia
Dokter Sabara Saga
Merah Fatamorgana Monik:
sekumpulan cerpen Sebuah
Ilusi Lagu
Cinta: kumpulan cerpen |
1990 1990 1989 1988 1986 1987 1987 1987 1987 1988 1988 1988 |
ü
Simpulan
Periode 80-an ini merupakan sastra yang
dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya
yang baru dengan wawasan konstitusional. Angkatan 80-an lahir pada masa pemerintahan Soeharto
era Orde Baru. Soeharto pada masa itu masih menduduki suatu jabatan di militer
dan sebagai presiden Republik Indonesia, sehingga pemerintahannya sangat kokoh
dengan perlindungan dari militer.
REFERENSI
Galang, Anandya.
2008. “Sastra Angkatan 80-an.”.
(http://anandyaga.blogspot.com/2012/09/sastra-angkatan-80an.html,
Manda, Nursyam.
2009. “Karakteristik Karya Sastra.”
(http://makallahkarakteristikkaryasastraa.blogspot.com,).
Arasy, Bernika Nur. 2008. “Perbedaan
antara Sastra Pop dengan Sastra Nonpop.” (Online). (http://arasshehe.blogspot.com/2011/03/perbedaan-antara-sastra-pop-dengan.html,
diakses 24 Februari 2014).
Budiawan, Agus. 2009.
“Persinggungan Sastra Pop dan Nonpop.” (Online).
(http://agusbudiawan.wordpress.com/2013/08/24/persinggungan-sastra-pop-dan-non-pop,
diakses 24 Februari 2014).
Galang, Anandya. 2008. “Sastra
Angkatan 80-an.” (Online).
(http://anandyaga.blogspot.com/2012/09/sastra-angkatan-80an.html, diakses 24
Februari 2014).
Manda, Nursyam. 2009.
“Karakteristik Karya Sastra.” (Online).
(http://makallahkarakteristikkaryasastraa.blogspot.com, diakses 24 Februari
2014).
Mihardja, Achdiat. 2009.
“Periodisasi Sastra Indonesia dan Latar Belakang.” (Online).
(http://sesarjackson.blogspot.com/2013/05/periodisasi-sastra-indonesia-dan-latar.html,
diakses 24 Februari 2014).
Padi, Editorial. 2013. “Kumpulan
Super Lengkap Sastra Indonesia.” CV Ilmu Padi Infra Pustaka Makmur: Jakarta.
Pujangga, Near. 2010. “Pemetaan
Beragam Tentang Periodisasi Sastra Indonesia.” (Online).
(http://nearpunyakumpulanbahasadansastra.blogspot.com/
2011/01/menelaah-karya-sastra-indonesia-periode.html, diakses 24 Februari
2014).
Rahayu, Tri Wani. 2011. “Perbedaan,
Ciri-ciri dan Contoh Karya Sastra.” (Online).
(http://catatanbahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/perbedaan-ciri-ciri-dan-contoh-karya.html,
diakses 24 Februari 2014).
Rialdi, Fahmi. 2006. “Bahasa
Sastra.” (Online). (http://soulmate9.wordpress.com/bahasa-sastra/ diakses 24
Februari 2014).
Smanssa, Basasina. 2012. “Angkatan
Sastra Indonesia.” (Online).
(http://basasinasmanssa.blogspot.com/2010/11/angkatan-sastra-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.